Pringsewu – Di bulan Agustus yang disebut juga dengan Bulan Kemerdekaan, sudah selayaknya kita sebagai warga negara selalu mengenang jasa pahlawan yang telah berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Selain itu, kita sebagai generasi penerus harus mengisi kemerdekaan dengan karya-karya yang bermanfaat tidak hanya bagi diri sendiri namun juga bagi, keluarga, lingkungan, bangsa dan negara.
Demikian dikatakan Zunianto, Anggota DPRD Lampung dari Fraksi PKS, dihadapan seratusan pelajar SMK Nurul Huda Pringsewu serta Kyai Gufron, Pengasuh Ponpes Nurul Huda Pringsewu, Sabtu (6/7) pada agenda Sosialisasi Idieologi Pancasila dan Wawasan Kebangsaan.
Anggota Dewan Dapil Pringsewu, Pesawaran dan Metro inipun mengingatkan jika sumbangsih pondok pesantren, ulama serta umat Islam secara umum begitu besar terhadap proses kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945. “Jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah, dan Jas Hijau, jangan sekali-kali melupakan jasa ulama”, kata Zunianto.
Diapun mengungkapkan bahwa tanpa bermaksud menghilangkan jasa serta peran pihak lain, umat Islam khususnya para santri seharusnya punya tanggungjawab yang lebih besar dalam mengisi kemerdekaan yang telah di proklamasikan oleh Soekarno – Hatta, 77 tahun silam.
Tidak hanya itu, Pengurus Dewan Pendidikan Pringsewu ini juga menyampaikan betapa besar jasa ulama dalam mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. “Ingat ya adik-adik, kitapun jangan abai dengan periodisasi kebangsaan kita, pasca proklamasi kemerdekaan,” ungkap Zunianto.
Dia menjelaskan bahwa pasca Proklamasi Kemerdekaan, penjajah Belanda yakni NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang membonceng sekutu ( AFNEI atau Allied Forces Netherlands East Indies) kembali ke Indonesia pada pertengahan September 1945 guna mengembalikan Indonesia ke Pemerintahan Belanda sebagai negara jajahan. “Tentu saja hal ini membuat rakyat Indonesia marah, dan kemudian meletuslah pertempuran epik 10 November di Surabaya. Inilah yang disebut dengan Hari Pahlawan. Namun, sebelum sampai di 10 November, rangkaian dahsyat sejarah ini tak bisa dipisahkan dari peran ulama yakni Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari yang mengeluarkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945, guna menggerakkan seluruh umat Islam khususnya santri untuk mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Inilah cikal bakal sebagai Hari Santri Nasional,” jelas Zunianto.
Isi Resolusi Jihad yang diserukan Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari diantaranya adalah bahwa kemerdekaan Indonesia yang relah diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 harus dipertahankan. Lalu, Pemerintah RI sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah harus dipertahankan dengan harta maupun jiwa, dll.
Pada agenda Sosialisasi Ideologi Pancasila dan Wawasan Kebangsaan bertindak sebagai narasumber adalah Doktor Arman akademisi Universitas Muhammadiyah Pringsewu dan Sabiqul Iman dari IIB Darmajaya, Bandar Lampung.
Sabiqul Iman pada paparannya menjelaskan jika ditengah revolusi industri 4.0 sekarang, generasi muda terutama gen milenial dan gen z atau zilenial, sudah saatnya memanfaatkan berbagai perangkat yang terhubung dengan internet atau teknologi informasi guna mengangkat harkat martabat diri, keluarga, daerah serta bangsa dan negara. “Ekonomi Pancasila ditengah digitalisasi yang kini makin menyelusup berbagai sendi kehidupan, penting mengkolaborasikannya dengan teknologi informasi,” jelas Sabiq.
Dia menambahkan, jika menjadi seorang entrepreneur dan melakukan inovasi dengan teknologi atau disebut sebagai seorang teknopreneur, maka hal tersebut sangat membantu daerah, bangsa dan negara.
“Misal ketika teman-teman yang hadir hari ini bercita-cita untuk membangun startup, maka realisasikanlah. Setidakny mulai berbisnis sesuai dengan passion atau apa yang disenangi. Kemudian dikuatkan dengan inovasi teknologi. Hal tersebut pasti sangat membantu negara. Inilah cara kita mengisi kemerdekaan di zaman now,” pungkas Sabiq. (D1)