Bandarlampung – Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan elektabilitas pasangan cagub-cawagub Lampung, Arinal Djunaidi – Sutono (Ardjuno) sebesar 22,3%. Angka tersebut cukup kecil melihat status Arinal sebagai petahana dalam Pilgub Lampung 2024. Bahkan, angka tersebut juga terpaut jauh dari lawan politiknya Rahmat Mirzani Djausal – Jihan Nurlela 68,9%.
“Pada umumnya elektabilitas petahana lebih besar dibandingkan non petahana, akan tetapi berdasar survey LSI dalam pilgub Lampung menjadi terbalik justru non petahana lebih unggul,” ungkap pengamat politik dari Unila, Sigit Krisbiantoro, Senin (11/11).
Menurut Sigit, hal tersebut bisa saja terjadi dan ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan hal tersebut bisa terjadi. Pertama, kemungkinan pemilih dalam pilgub Lampung belum sepenuhnya mengakui hasil kinerja petahana atau belum tersosialisasi hasil kinerjanya ke tingkat akar rumput khusunya di pedesaan.
“Kedua, bisa jadi kinerja partai pengusung belum solid untuk konsolidasi dan mensosialisasikan paslonnya ke tingkat pedesaan,” ujarnya.
Perlu diketahui, lanjut dia, area pemilih terbagi dua, yaitu urban area ( daerah perkotaan) dan rural area (area pedesaan), dan pemilih di Lampung didominasi oleh pemilih pedesaan. “Tentu bisa saja terjadi persaingan yang ketat dalam waktu yang singkat, apabila paslon dapat bermain di arena pedesaan, tentu ini dibutuhkan biaya besar dan soliditas parpol pengusung untuk meraih suara di rural area,” ungkapnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, tingkat elektabilitas paslon dan kemenangan paslon untuk menjadi gubernur ditentukan pemilih di area pedesaan. “Kita harapkan demokrasi di Lampung bisa terpilih pemimpin yg bisa mensejahterakan masyarakat Lampung tanpa harus terjadi politik uang,” pungkasnya.
Sementara itu, Pengamat politik Unila lainnya, Bendi Juantara menilai mengatakan, petahana hanya satu variabel.. khususnya terkait kepuasan kinerja. “Namun, diluar itu ada banyak variabel lain yang mempengaruhi. Apakah jaringan politik, sosial termasuk cara mengemas pesan politik ke publik,” ungkapnya.
Kendati demikian, Bendi melihatnya lebih dominan pada kekuatan jaringan politik, sosial, dan cara mengemas pesan politik ke publik. Karena Mirza telah merintisnya cukup lama. “Sehingga ini yang jadi pembeda dan mempengaruhi persepsi publik atas mereka,” ujarnya.
Terlebih lagi, kata dia, ada faktor kekecewaan publik atas kinerja petahana sebelumnya. “Ini dapat juga mempengaruhi pemilih walau tidak signifikan,” pungkasnya.
Sebelumnya, Elektabilitas pasangan Rahmat Mirzani Djausal dan Jihan Nurlela saat ini unggul dari pasangan Arinal Djunaidi dan Sutono yang juga mencalonkan diri dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) Provinsi Lampung. Temuan ini berdasarkan survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada periode 14-22 Oktober 2024.
Peneliti LSI, Dr. Yoes C. Kenawas mengatakan, keunggulan pasangan Rahmat-Jihan konsisten dalam dua simulasi tanpa dan dengan menggunakan kartu bantu surat suara. Dalam simulasi tanpa surat suara, pasangan Rahmat Mirzani Djausal dan Jihan Nurlela unggul dengan elektabilitas sebesar 68,9%, diikuti pasangan Arinal Djunaidi dan Sutono sebesar 22,3%. Responden yang masih menyatakan “Tidak Tahu/Rahasia” sebesar 8,8%.
Sedangkan, masih kata dia, dalam simulasi dengan surat suara, pasangan Rahmat Mirzani Djausal dan Jihan Nurlela konsisten unggul dengan elektabilitas sebesar 69,0%. Sementara itu, elektabilitas pasangan Arinal Djunaidi dan Sutono ada pada angka 23,8%. Responden yang menyatakan “Tidak Tahu/Rahasia” sebesar 7,2%.
“Keunggulan elektabilitas pasangan Rahmat-Jihan dalam survei kali ini tak lepas dari empat faktor penting. Pertama, popularitas dan kedisukaan Rahmat Mirzani Djausal mengalami peningkatan drastis dari 43,7% di bulan Juli 2024 menjadi 73,5% pada pertengahan bulan Oktober 2024,” terangnya dalam siaran persnya, Jumat (8/11).
Menurutnya, peningkatan popularitas ini juga dibarengi dengan peningkatan tingkat kedisukaan terhadap Rahmat. Jika pada bulan Juli tingkat kedisukaan terhadap Rahmat ada pada level 80,6%, maka pada survei bulan Oktober 2024 tingkat kedisukaan terhadapnya menyentuh angka 90,0%.
“Begitupun dengan tingkat kedisukaan terhadap Jihan Nurlela. Meski hanya dikenal 56,9% responden, namun ia memiliki tingkat kedisukaan sebesar 93% dari responden yang mengetahui namanya,” kata dia.
Pada saat yang bersamaan, lanjut dia, meski popularitas Arinal Djunaidi sebagai petahana ada pada kisaran 90,7%, tingkat kedisukaan responden terhadapnya menunjukkan sedikit penurunan, dari 63,2% pada Juli 2024 menjadi 59,2% pada Oktober 2024. “Tingkat popularitas Sutono-pun masih ada pada angka 22,6% dan tingkat kedisukaannya ada pada angka 78,1%,” kata dia.
Kedua, dari responden yang mengetahui kedua nama kandidat gubernur, citra personal Rahmat Mirzani Djausal unggul dari Arinal Djunaidi. Persepsi responden terhadap Mirza mengungguli Arinal Djunaidi dalam aspek perhatian pada rakyat; jujur dan bersih dari korupsi; berani dan tegas; relijius dan taat agama; bugar dan sehat; dan mampu memimpin Lampung.
Ketiga, sosialisasi yang dilakukan oleh Rahmat Mirzani Djausal juga dinilai lebih intensif dibandingkan Arinal Djunaidi. 10,8% responden menyatakan bahwa mereka pernah melakukan pertemuan tatap muka langsung dengan Rahmat, 8,2% responden pernah melihat namanya di surat kabar/koran, 26,8% responden mengaku pernah melihat nama Rahmat di internet.
“65,5% responden juga pernah melihat nama Rahmat di media sosialisasi seperti spanduk/baliho/stiker dan 9,1% mengaku pernah didatangi oleh timses/simpatisan Rahmat Mirzani Djausal. Nama Arinal Djunaidi sendiri lebih banyak didengar melalui televisi meski tidak terpaut jauh dari Rahmat Mirzani Djausal,” lanjutnya.
Keempat, tingginya tingkat responden yang menyatakan mereka tidak menginginkan kembali petahana untuk menjadi Gubernur Lampung periode 2024-2029, meski mayoritas responden merasa puas dengan kinerja petahana.
“58,6% responden menyatakan mereka tidak menginginkan petahana untuk kembali menjabat sebagai Gubernur Lampung, meski ada 28,5% yang menyatakan mereka tetap menginginkan petahana untuk kembali memimpin Provinsi Lampung,” terangnya.
Disampaikannya, survei LSI dilakukan dengan sampel basis sebanyak 800 responden, diambil dengan metode multi-stage random sampling, terdiri dari warga negara Indonesia di Provinsi Lampung yang memiliki hak pilih, atau mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
“Kemudian dilakukan oversample di Lampung Selatan, Lampung Tengah, Pesawaran, Pringsewu, dan Pesisir Barat masing-masing sebanyak 400 responden, sehingga total sampel sebanyak 2.490 responden,” jelasnya.
Dilakukan pembobotan dalam analisis gabungan sehingga sampel dari seluruh kabupaten/kota terdistribusi secara proporsional pada tingkat provinsi. Dengan asumsi stratified random sampling, total sampel tersebut memiliki tingkat margin of error sebesar +/- 3% pada tingkat kepercayaan 95%.
“Kerja-kerja pasangan calon yang didukung tim pemenangan dan sosialisasi meluas adalah kunci untuk keluar sebagai pemenang dalam pemilihan gubernur Lampung pada tanggal 27 November 2024,” pungkasnya. (*).












