Calon DPD RI Farah: Pemilih Pemula dan Milenial Berpengaruh di Pemilu 2024

Bandarlampung – Pemilih pemula dan suara anak muda alias milenial memiliki pengaruh penting dalam Pemilu 2024 mendatang. Pasalnya, KPU telah merinci jumlah DPT berdasarkan usia pada 2024 nanti.

Demikian disampaikan Calon DPD RI Farah Nuriza Amelia saat menjadi pembicara dalam acara Rapat Kerja Cabang (Rakercab) DPC PDI Perjuangan Kota Bandarlampung di Lengkung Langit Bandarlampung, Jumat (25/8).

Turut hadir dalam kegiatan Ketua DPD PDIP Lampung Sudin, Bendahara DPD PDIP Kostiana, Wakil Ketua DPD PDIP Lampung Watoni Noerdin, Ketua DPC PDIP Kota Bandarlampung Wiyadi, Pengurus, Kader, serta simpatisan PDIP Kota Bandarlampung.

Menurut undang-undang Pilpres 2008, kata Farah, dalam ketentuan umum disebutkan bahwa Pemilih adalah Warga Negara Indonesia yang telah genap berusia 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin.

“Sedangkan yang dimaksud dengan Pemilih Pemula adalah mereka yang telah berusia 17-21 tahun, telah memiliki hak suara dan tercantum dalam daftar pemilih tetap (DPT) serta pertama kali mengikuti pemilihan umum, baik pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden,” terangnya.

Kemudian di Indonesia, Pemilih usia 17 hingga 30 tahun sebanyak 63.953.031 orang atau 31,23 persen, sementara pemilih usia 31 hingga 40 tahun sebanyak 42.398.719 orang atau 20,70 persen. Maka suara mereka sudah hampir 52 persen jika digabungkan.

Lalu pemilih berusia di bawah 17 tahun karena sudah menikah 0,003 persen atau 6.697 pemilih. Sementara pemilih dengan usia 40 tahun ke atas berjumlah 98.448.775 orang atau 48,07 persen.

Di Lampung sendiri, kata dia, bila digabungkan komposisi Generasi Z dan Milenial dari pemilih Lampung, maka akan didapatkan pemilih sebanyak 49,98 % atau sama dengan 3.268.313 pemilih Lampung pada Pemilu 2024 yang akan datang.

Menurutnya, jumlah itu sama dengan setengah jumlah seluruh pemilih Lampung atau setara 50 % jika dibulatkan). Sedangkan Pemilih yang berusia dibawah 20 tahun sebanyak 576.128 (8,81 %)

“Jadi siapapun yang mau menang, atau kalau mau memilih pemimpin yang membawa perubahan yang baru, ya mereka harus bisa meraih suara teman-teman muda karena signifikan,” kata dia.

Awalnya, pemilih pemula mudah dipengaruhi oleh orang terdekat seperti anggota keluarga dan juga sosial media. Namun Khoirunnisa melihat mereka kini mulai semakin rasional meskipun isu-isu yang disukai belum semuanya muncul ke permukaan.

“Pemilih muda dan teman-teman muda sebetulnya yang ditunggu gagasan atau isu. Mereka bukan apatis kok, mereka concern sama isu anti korupsi misalnya, isu lingkungan, atau yang lainnya,” jelasnya.

Mbak Farah – sapaan akrabnya – mendorong agar penyelenggara Pemilu dalam hal ini KPU menciptakan iklim yang menyenangkan dan transparan dalam menyambut Pemilu 2024.

Ia berharap pemerintah aktif melakukan sosialisasi kepada para pemilih pemula. Dengan begitu, anak-anak muda mampu menjadi pemilih yang cerdas.

“Yang perlu didorong adalah bagaimana mereka mendapatkan informasi komprehensif terkait Pemilu ini. Karena untuk bisa meningkatkan partisipasi perlu ada transparansi, jadi harus setransparan mungkin informasi yang dibuka,” ujar Mbak Farah.

Di tempat yang sama, Ketua DPD PDIP Lampung Sudin, mengingatkan kepada seluruh kader partai berlambang kepala banteng moncong putih itu untuk aktif di media sosial. Salah satu tujuannya, yakni demi menggaet pemilih milenial pada gelaran Pemilu 2024 mendatang.

“Penting menyampaikan value kita pada para pemilih, khususnya pemilih muda. Kita sampaikan program dan capaian PDI Perjuangan melalui platform yang mereka suka, media sosial, YouTube, Tiktok,” ungkap Sudin.

Ia menjelaskan, angka pemilih muda pada Pemilu 2024 mencapai sekitar 54 persen dari total jumlah pemilih. Menurutnya, itu adalah peluang yang harus dimanfaatkan agar PDI Perjuangan mencetak hattrick kemenangan pada Pemilu 2024.

Ada banyak cerita di PDI Perjuangan yang bisa kita bagikan. Enggak selalu hal yang serius dan berat-berat, tetapi bisa juga cerita yang menghibur, informatif, atau mengedukasi,” ujarnya.

Ia menyebut, selain menyebarkan nilai-nilai positif, kader-kader PDIP juga harus cepat dan tepat dalam merespons hoaks. “Jangan biarkan hoaks seolah menjadi sebuah kebenaran, maka hoaks harus cepat direspons agar publik tahu cerita sebenarnya,” katanya. (*).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *