Bandarlampung – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Tari, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) 2022 mempersembahkan Resital Karya Tari Mahasiswa Tahun 2025 dengan Koreografi Kontemporer menakjubkan bertema “Quadra: A Contemporary Encounter”.
Kegiatan yang diselenggarakan di Taman Budaya Lampung, pada Minggu, 23 Juni 2025 ini digelar sebagai upaya dalam merefleksikan isu-isu sosial, identitas budaya, maupun pengalaman personal melalui tubuh sebagai media utama.
Pertunjukan ini berada di bawah bimbingan dosen pengampu mata kuliah Koreografi Lingkungan, yaitu Goesthy Ayu Mariana Devi Lestari, S.Sn., M.Sn., Nabilla Kurnia Adzan, S.Pd., M.Pd., dan Lora Gustia Ningsih, S.Sn., M.Sn.
Pementasan ini menampilkan pertemuan antara empat elemen yang berbeda dengan menampilkan pertunjukkan dengan eksplorasi rasa, gerak tubuh yang sarat akan makna menggunakan konteks tari kontemporer. Keempat karya tersebut berjudul Dilom, Residu, Gen Dis, dan Synthetic.
Karya tari Dilom mengeksplorasi transformasi penjagaan dari genggaman lembut yang menjadikan anak perempuan berani, pelita abadi yang membimbing dalam kesunyian, hasil kolaboratif dari lima koreografer muda yaitu Jannah Azzahra, Nabella Dian, Putri Wulan, Nawwal Balqis, serta Yohann Ria.
Berbanding terbalik dengan Dilom, karya tari Residu menampilkan pergulatan batin yang terjebak dalam pusaran sulit terurai, menggambarkan bagaimana sisa-sisa pikiran, ketakutan manusia, serta fragmen emosi yang tidak pernah tuntas tersebut membentuk lapisan tak kasat mata, diusung lima koreografer muda antara lain, Vanny Rahmaniar, Salwa Alprianti, Agnes Neva, Tarissa Dwi, dan Dianti Ayu.
Selanjutnya, terdapat 5 koreografer muda pula yang mengusung dalam karya Gen Dis yaitu, Jodi Chaniago, Sukma Ayu, Fischa Anggraini, Henny Zahra, serta Nadia yang menyoroti mengenai fenomena transpuan dalam konteks kontes kecantikan sebagai bagian dari realitas sosial, karya ini tidak dimaksudkan untuk menghakimi, tetapi ingin membuka ruang dialog dan pemahaman terhadap keberadaan transpuan di masyarakat yang sering kali dipandang negatif melalui medium tari kontemporer.
Pementasan ditutup dengan memukau oleh penampilan karya Synthetic, menyoroti kehidupan manusia modern yang sangat terikat dengan teknologi mempengaruhi orisinalitas dan otonomi individu yang semakin buruk, dengan 4 koreografer muda yaitu Yustia Fitrianti, Cindi Novita, Ana Melisa, dan Dianti.
Pertemuan empat elemen dalam karya ini menjadi simbol keberagaman ide dan gaya, mencerminkan semangat kolaboratif, eksploratif, dan reflektif dalam penciptaan seni pertunjukan.
Karya-karya yang ditampilkan pada pementasan sukses menyihir mata penonton untuk terus menikmati persembahan gerakan tubuh, ekspresi wajah, serta kebebasan artistik lainnya. Keempat karya tersebut berhasil mengekspresikan isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat menjadi panggung refleksi yang memukau.
Nabilla Kurnia Adzan, salah satu dosen pengampu mata kuliah koreografi lingkungan berharap dengan dihadirkannya karya ini dapat menjadikan suatu karya non tradisi dengan tingkat eksplorasi yang lebih bebas.
“koreografi nontradisi di sini bermaksud bagaimana mahasiswa melepaskan kebebasan ide dimana mahasiswa dapat menciptakan karya dari isu sosial, keadaan masyarakat, dan kegelisahan pribadinya sebagai pengalaman empiris”, ujarnya.
Jodi, salah satu koreografer berharap dengan adanya karya ini dapat melatih mahasiswa dalam mengasah suatu gagasan dari berbagai isu sosial yang dapat melahirkan koreografi yang memukau.
Resital Quadra tidak hanya menjadi panggung ekspresi seni, tetapi juga sarana pembelajaran langsung bagi mahasiswa dalam merancang, memproduksi, dan mengelola pertunjukan secara profesional.
Pertunjukan ini menjadi cerminan semangat kolaboratif, eksploratif, dan reflektif dalam menciptakan seni pertunjukan yang berbasis pada pengalaman nyata dan konteks sosial masyarakat. (*).